Thursday, September 23, 2010 | By: One love

CERPEN Q

Sahabat Sejati

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Rava. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Rava yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Rava.
Rava sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Dira. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Rava. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Dira tidak main ke rumah Rava.
“Ke mana, ya,Ma, Dira. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Dira diketuk Rava. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Rava menanyakan ke tetangga sebelah rumah Dira. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Dira di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Dira. Terpaksa Dira tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
“Oh, kasihan Dira,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Rava tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Va? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Dira, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Rava menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Dira sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Rava tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Rava.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Dira!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Dira bisa berkumpul kembali dengan aku!” Dira memohon dengan agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Dira di desa itu!” kata Papa.
Dua hari kemudian Rava baru berhasil memperoleh alamat rumah Dira di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Dira.
Kemudian Rava bersama Papa datang ke rumah Dira di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Dira dan Dira sendiri. Betapa gembira hati Dira ketika bertemu dengan Rava. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.
Semula Dira agak kaget dengan kedatangan Rava secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Dira di desa.
“Sorry, ya, Va. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Dira. Ternyata orang tua Dira tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Dira sendiri.
“Begini, Ra, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Ra, apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Rava menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Rava bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Dira. Tampak mata Rava berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Dira tinggal di rumah Rava. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Dira yang sudah tua

0 komentar:

Post a Comment